Saturday, May 1, 2010

Wawancara

Pengertian Wawancara, Ciri Wawancara, Macam-Macam Wawancara, Tujuan, Aspek dan Hal-Hal yang Mempengaruhi Wawancara, Wawancara Efektif, Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Wawancara


A. Pengertian Wawancara
Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”. Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai “suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.
Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, saya mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu.
B. Ciri Wawancara
Wawancara biasanya adalah  suatu pertukaran lisan yang saling berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena (a) para responden memiliki kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis, (b) orang-orang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain, dan (c)  pertukaran-pertukaran lisan menawarkan lebih banyak peluang-peluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi jawaban-jawaban dan memberikan feedback.
Orang-orang dalam sebuah wawancara berada dalam sebuah hubungan interpersonal. Meskipun demikian, variasi-variasi tertentu dari wawancara bisa mencakup orang-orang dalam kelompok-kelompok. Umumnya, peran pewawancara akan dikembangkan dalam hal tiga fungsi utamanya: (1) merencanakan strategi-strategi, (2) melaksanakan atau mengatur wawancara, dan (3) mengukur hasil-hasilnya.
C. Macam-macam Wawancara.
Ada bermacam-macam jenis wawancara sesuai dengan tujuannya ataupun sifat-sifat yang lain yang ada dalam wawancara, seperti jumlah orang yang diwawancarai dan menurut peranan yang dimainkan.
1. Menurut tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi :
  1. The employment interview, yaitu interview yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kreteria yang diminta oleh suatu employment.
  2. Informational interview, yaitu interview yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
  3. Administrative interview, yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya ( change in behavior )
  4. Counseling interview, yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan konseling. Interview ini khas dipergunakan dalam proses konseling.
2. Menurut jumlah orang yang diinterview, wawancara dapat dibedakan menjadi :
  1. Interview perorangan ( individu ), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang menyangkut masalah-masalah pribadi yang dialami oleh subyek wawancara. Misalnya : wawancara antara seorang klien dengan seorang petugas bimbingan.
  2. Interview kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok (lebih dari satu orang), Misalnya : antara petugas bimbingan dengan seluruh siswa kelas II.
3. Menurut peranan yang dimainkan, wawancara dapat dibedakan menjadi :
  1. The non directive interview , yaitu interview yang kurang terpimpin dan kurang mendasarkan atas pedoman-pedoman tertentu. Biasanya digunakan dalam proses konseling.
  2. The focused interview , yaitu interview yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan obyek-obyek yang diselidiki.
  3. The repeated interview , yaitu interview yang berulang. Interview ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan yang tertentu terutama proses sosial.
4. Berdasarkan sifatnya, wawancara dibedakan menjadi :
  1. Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
  2. Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
  3. Wawancara insidentil, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
  4. Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana pada waktu yang telah ditetapkan.
D. Tujuan, Aspek dan Hal-hal yang Mempengaruhi Wawancara
Orang-orang melakukan wawancara untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan.
Wawancara adalah suatu bentuk yang khusus dari komunikasi oral dan berhadapan muka dalam suatu hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Keefektifannya bisa dinilai dalam hal tujuan wawancara, teknik-teknik yang digunakan, kerangka waktunya, sudut pandang orang yang melakukan evaluasi, dan reliabilitas dan validitas informasi yang diperoleh.
Hal-hal yang mempengaruhi interpretasi pewawancara terhadap pesan-pesan adalah: motivasi, tujuan, persepsi, pola pikir, keahlian bahasa, sikap, dan memori. Hal-hal ini juga mempengaruhi interpretasi yang diwawancarai mengenai isi wawancara.
Aspek-aspek wawancara yang dapat direncanakan adalah tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul dalam wawancara.
Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.
E. Wawancara Efektif
Kata “profesional” yang digunakan untuk mewawancarai menyiratkan bahwa ada beragam tingkat kemahiran dalam keahlian-keahlian (skill) yang dibutuhkan untuk mewawancarai secara efektif. Felix Lopez membandingkan pewawancara profesional dengan seorang musisi profesional.
Mewawancarai hampir sama dengan bermain piano – skill yang cukup bisa diperoleh tanpa membutuhkan latihan formal. Tapi ada dunia yang berbeda dalam keterampilan, dalam hal teknik, dan dalam kemahiran antara seorang amatir yang bermain “dengan menggunakan telinga” dan seorang pianis konser yang ahli. Pemain yang belajar sendiri secara mekanis pada keyboardnya memainkan melodi-melodi tertentu yang melekat pada ingatannya; sang seniman, yang dengan ahli menggabungkan penguasaan teori musik, latihan yang tak terhitung lamanya, dan interpretasi pribadi, menciptakan suatu efek yang secara teknik pas, menyenangkan di telinga para pendengar, dan mengekspresikan perasaan paling mendalam dari sang pianis.
Ada banyak situasi-situasi yang berbeda dimana dua orang berinteraksi yang bisa disebut sebagai wawancara.
               seleksi                                      penelitian publik
               penilaian                                   telepon
               konseling                                  fokus
               disipliner                                   jurnalistik
               ke luar (exit)                             siaran
               penelitian internal                      konferensi pers
               negosiasi                                   medis
Salah apabila kita mengidentifikasi bahwa satu jenis wawancara relevan untuk satu jenis pekerjaan saja. Satu miskonsepsi lainnya yang umum terjadi adalah bahwa wawancara hanyalah sebuah percakapan. Meskipun wawancara yang baik mungkin terlihat seperti percakapan, ada beberapa poin-poin penting yang membedakannya dengan percakapan semata. Mewawancarai telah didefinisikan dengan cara-cara yang berbeda.
F. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Wawancara
Agar wawancara dapat mencapai hasil yang baik perlu adanya beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengadakan wawancara :
  1. Orang yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai latar belakang tentang apa yang akan ditanyakan, karena yang akan ditanyakan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, agar wawancara dapat berlangsung dengan lancar, sistematis dan teratur.
  2. Pewawancara harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa maksud serta tujuan dari wawancara tersebut.
  3. Dalam wawancara harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik. Hubungan baik ini merupakan sumbangan yang besar di dalam jalannya atau hasil wawancara yang akan dapat dicapai.
  4. Pewawancara atau pembimbing harus mempunyai sifat dapat dipercaya. Rahasia dari individu yang diwawancarai atau klien harus dapat disimpan dengan baik, sebab kalau tidak demikian, kemungkinan klien tidak akan mengutarakan sesuatu kepada wawancara dengan terbuka.
  5. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya harus jelas.
  6. Harus dijaga jangan sampai ada hal-hal yang mungkin mengganggu jalannya wawancara. Bila ada hal-hal yang sekiranya dapat mengganggu, sebaiknya hal-hal tersebut disingkirkan lebih dahulu.
  7. Bahasa yang digunakan oleh pewawancara harus disesuaikan dengan kemampuan yang diwawancarai.
  8. Sekalipun pertanyaan-pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu supaya sistematis, tetapi didalam memberikan pertanyaan-pertanyaan jangan sampai kaku, masing-masing pertanyaan dapat diperluas kepada hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan itu.
  9. Pewawancara atau pembimbing harus menjaga jangan sampai ada waktu diam yang terlalu lama. Hal yang demikian akan mematikan suasana wawancara.
  10. Pewawancara harus mengadakan kontrol di dalam wawancara. Kalau ada hal-hal yang bertentangan satu dengan yang lainnya perlu pewawancara mencari ketegasan.
  11. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengadakan kontrol di ajukan setelah wawancara sampai kepada suatu titik tertentu. Jadi jangan sampai memotong pembicarann, karena ini akan mengganggu jalannya wawancara.
  12. Lamanya waktu wawancara sebenarnya tergantung, kepada masalahnya. Tetapi pada umumnya wawancara yang terlalu lama akan melelahkan kedua belah pihak. Karenanya waktu wawancara sekitar 30 menit merupakan waktu yang cukup.
  13. Di dalam wawancara hendaknya dihindari aku dari pewawancara atau pembimbing. Jangan samapai aku tersebut ditonjol-tonjolkan.
  14. Individu yang sukar berbicara tidak boleh dipaksa untuk memberikan keterangan/penjelasan dengan panjang lebar.
  15. Tidak terlalu banyak membuat catatan selama wawancara berlangsung. Selalu harus minta ijin pada individu untuk membuat catatan seperlunya.
  16. Menghindari pertanyaan yang sugestif , yang mendorong untuk memberikan jawaban yang baik dan hindarkan pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Pedoman-Wawancara.html
http://www.tranceformasiindonesia.com/?p=138
http://www.portalhr.com
http://spotindo.com/tips-menghadapi-wawancara.html

0 comments:

Post a Comment